Pada 9-12-09 dengan pos ekspres dengan biaya Rp 11.OOO untuk sebuah surat, saya menulis surat kepada Direktur Penerbit Hidayah, Jl Rereng Adumanis, Bandung, 40123. Surat itu ternyata tidak sampai ke alamat di Bandung, karena sudah pindah. Sebab, sewaktu dilacak oleh anak saya melalui internet, alamat barunya adalah Jl Pasir Luyu Barat No 8A, Bandung, 40256. Surat saya itu mungkin sudah dikembalikan oleh kantor pos Bandung ke kantor pos Cimanggis, Depok. Tetapi, ternyata surat itu tidak diantarkan oleh pengantar pos Cimanggis ke alamat saya di Sukatani Permai. Padahal, surat itu dikirimkan dengan pos ekspres, terjamin sampai l hari. Begitu juga, pada 8 Agustus 2009, saya mengirimkan uang kepada tata usaha koran Jawa Pos Surabaya untuk dikirimkan Jawa Pos Minggu dengan mengirimkan prangko pengirimannya. Tapi, koran Jawa Pos Minggu tidak saya terima. Lantas, saya susul lagi tanggal 31-8-09 dengan mengirimkan uang untuk minta dikirimkan Jawa Pos Minggu dengan mengirimkan prangko pengirimannya. Tapi, Jawa Pos Minggu tidak juga saya terima. Sometimes the most important aspects of a subject are not immediately obvious. Keep reading to get the complete picture.
Pada 31 Agustus 2009, saya mengirimkan gagasan kepada Penerbit Buku Republika Jakarta, bagaimana sebaiknya menggerakkan 4.000 perpustakaan masjid dan mengaktifkan kembali 15.000 perpustakaan SLP/SLA yang dulunya berjumlah 250.000 buah perpustakaan dengan Inpres Buku tahun 1973. Tapi, surat saya itu lenyap begitu saja. Sebab biasanya, bila kita menyampaikan gagasan yang mungkin dapat dilaksanakan, Penerbit Republika bukan saja membalas surat kita itu, bahkan mengirimkan buku-buku terbarunya seperti yang saya alami pada 2003 sewaktu saya berdomisili di Bandar Lampung. Jangankan sebuah surat biasa atau kiriman buku, 2 buah paket berisi perlengkapan bayi dikirimkan ke Metro Lampung, pada 25 dan 30 November 2009, oleh Triskiandi Kurniawan dari Makassar. Paket itu hilang begitu saja, bahkan nomor resinya tidak bisa dilacak. Bagaimana nih , Pak Pos? Sewaktu saya berdomisili di Padang pada 1980-an, sekitar pukul 12.30 WIB dua pegawai pos menanyakan kepada saya, apakah saya sudah menerima dua buah kiriman surat dari Cirebon dan Medan. Saya jawab sudah saya terima satu jam yang lewat. Sewaktu saya tanyakan, siapa mereka dan mengapa ditanyakan, mereka menjawab, mereka petugas pos untuk mengetahui apakah kiriman sampai pada waktunya. Alangkah indahnya bila kebiasaan mengawasi kiriman pos dilakukan secara rutin seperti yang pernah saya alami pada 1980-an di Padang. Sehingga, pengantar pos yang curang bisa cepat diketahui dan dipecat karena merugikan konsumen. H Slamat SM
Jl Anggur Raya EE2, No 19
Sukatani Permai, Cimanggis
Depok, Jawa Barat (-)
No comments:
Post a Comment