Tuesday, November 3, 2009

Maryanto: Klarifikasi

The following paragraphs summarize the work of tech experts who are completely familiar with all the aspects of tech. Heed their advice to avoid any tech surprises.

Saya perlu mengklarifikasi berita yang termuat di Republika, Rabu 30 September 2009.

1. Saya perlu menjelaskan kepada pembaca & mohon maaf jika terjadi kebingungan karena memang topik yang dituliskan ini agak bersifat teknis pengelolaan persampahan, sehingga tidak semua pihak memiliki pengetahuan teknis.

2. Beberapa statement saya klarifikasi:

a. DKI Jakarta sebagai daerah 'otonom'. Hal ini tidaklah sesederhana yang diucapkan, salah satu kendala dari pengelolaan sampah, adalah timbunan sampah sejalan dengan jumlah penduduk. Jumlah penduduk DKI pada pagi-siang hari lebih banyak dari malam hari, karena banyak para karyawan, pekerja, anak sekolah dan pelintas yang melewati ibu kota DKI ini, sehingga jika murni disalahkan dalam bentuk otonomi, kurang tepat juga karena akan terbetik wacana bahwa pendatang tidak boleh membuang sampah di DKI, sampah yang berasal dari luar daerah DKI, dibawa kembali ke daerahnya masing-masing.

If you don't have accurate details regarding tech, then you might make a bad choice on the subject. Don't let that happen: keep reading.

b. Pengelolaan sampah masih berakhir di TPA (Bantar Gebang), meskipun di beberapa wilayah sudah dibangun tempat pengelolaan sampah yang cukup baik dengan dukungan teknologi modern, antara lain, TPST di marunda, fasilitas ball press untuk mengurangi quantity sampah yang diangkut. Fasilitas ini, antara lain terdapat di daerah Rawasari, Jakpus. Selain itu, terdapat pula fasilitas yang sudah sarat teknologi, yakni ITF (Intermediate Treatment Facility) di Cakung, namun belumlah mampu mengurangi secara signifikan laju timbunan sampah sehingga sampah masih menyebabkan beban TPA menjadi berat. Dalam kesempatan ini, penekanan yang saya berikan bahwa teknologi adalah penting tapi bukan yang utama, karena syarat mutlak pengelolaan sampah adalah PEMILAHAN.

Selain paparan saya tersebut di atas, permasalahan lain yang kerap terjadi adalah karena belum optimalnya sistem pengurangan quantity sampah dari sumber. Masyarakat kerap menyaksikan bahwa bak sampah yang sudah terpilah (organik dan anorganik) dicampur kembali oleh petugas kebersihan. Sehingga, masyarakat belum melihat manfaat dari pemilahan sampah, di samping masih terbangunnya opini bahwa sampah adalah urusannya Dinas Kebersihan semata, sebagai warga saya cukup bayar retribusi setiap bulannya.

c. Permasalahan utama dari persampahan DKI, antara lain timbunan sampah semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk di suatu wilayah, selama manusia hidup sampah akan tetap selalu ada. Penanganan sampah DKI saat ini sifatnya urgen, di mana penanganannya perlu diberlakukan agenda jangka pendek; yakni ''Perlu menggunakan teknologi pemusnahan yang lebih sempurna yang memenuhi syarat baku mutu udara, dan untuk jangka panjangnya perlu dilakukan agenda pengurangan sampah dari sumber melalui 3 R.'

3. Kepada masyarakat dan pihak-pihak yang membutuhkan informasi lebih lanjut, bisa menghubungi saya di e-mail: yanto@dml.or.id.

Maryanto
Program Officer
Dana Mitra Lingkungan

(-)
As your knowledge about tech continues to grow, you will begin to see how tech fits into the overall scheme of things. Knowing how something relates to the rest of the world is important too.

No comments:

Post a Comment